Semua orang berhak mendapatkan
pendidikan dan menggapai cita-citanya.
Pada
saat ini cukup banyak anak-anak di Indonesia yang tidak dapat bersekolah. Jadi,
sangat beruntung bagi mereka yang dapat bersekolah dan mendapat pendidikan yang
sudah seharusnya mereka miliki.
Tepat pukul
08.00 WITA, jam pelajaran pertama di mulai di SMPN 6 Marabahan. Di antara
banyaknya siswa, ada salah seorang dari mereka yang bernama Panji. Panji adalah
anak yang pekerja keras, disiplin dan selalu berpenampilan rapi ketika pergi ke
sekolah. Tidak salah kalau teman-teman mereka banyak yang menyukainya.
Guru
yang mengajar lalu mengabsen siswa-siswinya dan ternyata Panji tidak ada di
ruang kelas. Guru itu lalu kebingungan karena tidak biasanya Panji absen dari
jam pelajaran.
Ketika
pelajaran berlangsung, tiba-tiba ada anak yang masuk dengan pakaian yang
berantakan dan ternyata itu adalah Panji.
“Maaf Bu, saya terlambat.” Kata Panji yang
terlihat sangat lelah.
“Ya
sudah, cepat duduk. Tapi, kenapa pakaianmu berantakan sekali dan kenapa kamu
datang terlambat? Bahkan kamu terlihat sangat lelah, baru pertama kali Ibu
melihatmu seperti ini.” Tanya guru yang sedang mengajar di kelasnya dengan
wajah terheran-heran.
“Jadi
begini Bu, tadi saya jatuh dan ban sepeda saya kempes. Jadi, saya terpaksa
jalan kaki sambil mendorong sepeda ke sekolah karena tidak ada bengkel yang
buka.” sahut Panji dengan nafas terengah-engah.
Panji
memang disukai teman-temannya, tapi ada juga yang membencinya. Andi adalah
salah satu teman sekelas Panji yang membenci Panji, mungkin hal tersebut ia
lakukan karena dia sirik dengan Panji. Teman Panji yang bernama Andi ini merasa
aneh dan tidak percaya dengan jawaban dari Panji. Ketika jam istirahat, tanpa
diketahui Panji, Andi memeriksa ban sepeda Panji dan ternyata tidak ada
kebocoran pada bannya, bahkan tidak ada lecet sedikit pun pada bagian tubuh sepedenya.
Akhirnya, Andi pun menyebarkan berita bahwa Panji sebenarnya berbohong, dia
mengatakan bahwa Panji memang sengaja terlambat dan mencari-cari alasan agar
tidak dikenai hukuman.
Doni
dan Nita, itu lah nama kedua sahabat yang masih menemani Panji meskipun Panji
dikatakan sebagai pembohong.
Keesokan
harinya, Panji tidak hadir di sekolah. Kedua sahabat Panji sangat bingung
kemana sebenarnya Panji pergi.
“Besok,
seluruh siswa diharapkan memakai pakaian bebas pantas, karena akan ada gotong
royong dengan tujuan membersihkan
lingkungan sekolah sekaligus agar sekolah kita dapat memenangkan lomba sekolah
dengan lingkungan terbersih di Kabupaten Barito Kuala,” Demikian pengumuman
yang disampaikan oleh kepala sekolah sesaat sebelum jam pelajaran berakhir.
Ketika
pulang sekolah, Doni dan Nita sangat terkejut karena seorang anak yang
seharusnya bersekolah malah memulung sampah di pinggiran jalan raya. Doni dan
Nita sangat bingung karena melihat topi yang biasa dipakai oleh Panji malah
dipakai oleh pemulung itu. Bahkan, di topi itu tertulis nama “Panji”.
“Don,
coba kamu lihat anak yang sedang mulung itu! Dia sangat mirip dengan Panji
bkan? Bahkan topi yang ia pakai tertulis nama Panji.” kata Nita sambil menunjuk
ke arah si pemulung.
“Wah...
benar sekali. Itu pasti Panji.” Jawab Doni.
Akhirnya,
Doni dan Nita mendatangi si pemulung itu.
“Kamu
Panji kan?” kata Doni sambil membuka topi si pemulung.
Panji
sangat terkejut setelah membuka topi itu, ternyata pemulung itu bukanlah Panji.
“Maaf,
tapi saya bukan Panji. Saya Indra.” Jawab Indra dengan wajah yang bingung.
“Oh,
maaf. Kami kira kamu Panji,” sahut Doni dengan wajah malu.
“Tapi,
kalau boleh kami tahu, dari mana kamu mendapatkan topi itu?” Kata Nita sambil
menunjuk ke arah topi Indra.
“Kalau
masalah topi ini, saya mendapatkannya dari seorang anak laki-laki yang membantu
saya memulung dua hari yang lalu,” jawab Indra.
“Oh, jadi
begitu, itu pasti Panji. Pantas saja dua hari yang lalu Panji datang ke sekolah
dengan pakaian yang berantakan. Sungguh mulia perbuatan Panji, aku merasa
bangga menjadi sahabatnya selama ini,” kata Nita sambil tersenyum.
“Betul,
Nit, aku juga merasa sangat bangga padanya. Tapi, kenapa tadi Panji tidak hadir
ke sekolah? Apakah tadi dia membantumu memulung lagi?” Tanya Doni sambil
menoleh ke arah Indra.
“Hmm...
Kalau soal itu aku tidak tahu, mungkin lebih baik kalau kalian langsung
mendatangi ke rumahnya saja,” sahut Indra.
“Hei,
kamu jangan pura-pura tidak tahu, cepat katakan dimana Panji!” ucap Doni dengan
keras.
“Apa-apaan
kamu ini, Don. Bukankah seorang pelajar harus bisa mengendalikan dirinya
sendiri! Ya sudah, kalau begitu kami pergi dulu.” Ucap Nita.
Doni
dan Nita lalu pergi ke rumah Panji.
Sesampainya
di rumah Panji.
“Assalamualaikum!”
Doni dan Nita memberi salam sambil mengetuk pintu rumah Panji.
“Waalaikum
salam,” dari dalam terdengar suara Panji lalu pintu dibuka.
“Eh,
Doni dan Nita. Ayo masuk, kita ngobrolnya di dalam saja!”
Mereka
lalu masuk ke dalam rumah Panji.
“Begini
Ji, kami hanya ingin bertanya kenapa tadi kamu tidak masuk sekolah?” tanya Nita
ingin tahu.
“Aku tidak hadir ke sekolah karena aku sedang
berusaha mengumpulkan uang dengan bekerja keras dan dengan berbagai macam
pekerjaan” jawab Panji.
“Tapi,
untuk apa kamu lakukan semua itu? tanya Doni.
“Aku
melakukan semua itu agar bisa membantu teman ku Indra bersekolah. Dulu waktu
aku datang terlambat dengan pakaian kotor, itu juga karena aku membantu teman
ku Indra memulung sampah,” jawab Panji.
“Tapi,
kenapa kau membohongi teman-teman dan gurumu sendiri?” Nita terheran-heran.
“Aku
terpaksa berbohong, aku hanya tidak ingin orang berpikiran kalau aku
mempamer-pamerkan kebaikan. Aku juga sangat menyesal telah membohongi kalian
semua,” jawab Panji dengan wajah menyesal.
“Biar
bagaimana pun tetap saja itu namanya berbohong. Sebaiknya, besok kamu datang ke
sekolah dan segera meminta maaf kepada teman-teman dan guru yang telah kamu
bohongi,” Kata Doni dengan tegas.
“Tentu!
Besok aku pasti akan meminta maaf pada mereka. Sekali pun nanti guru akan memberikanku
sanksi, aku tidak akan takut, karena semua itu memang kesalahanku,” Sahut Panji
dengan tegas pula.
“Oh,
iya, hampir saja aku lupa. Jadi, besok itu kita disuruh memakai pakaian bebas
pantas, karena besok kita akan bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah
kita.” Kata Doni.
“Hmm...
“ Panji berpikir keras.
“Apa
yang sedang kamu pikirkan?” Tanya Nita kebingungan.
“Aku
sedang memikirkan bagaimana kalau nanti sampah yang ada di lingkungan sekolah
kita, kita jual saja lalu hasilnya kita berikan kepada Indra. Semoga saja dana
yang terkumpul dapat membantu Indra membeli seragam sekolah dan bersekolah
layaknya kita dan anak-anak yang lainnya,” jawab Panji.
“Wah...
Ide bagus tuh, Ji!” Sahut Nita dengan wajah terkagum-kagum.
“Kalau
begitu kita sepakat bahwa besok kita akan menjual sampah-sampah itu dan
memberikan semua hasil penjualannya kepada teman kita Indra.” kata Panji
“Ya
sudah, kalau begitu kami pulang dulu. Sampai bertemu besok.” Ucap Nita.
Doni
dan Nita lalu pergi meninggalkan rumah Panji dan kembali ke rumah mereka
masing-masing.
Keesokan
harinya, ketika berangkat sekolah, Doni bertemu dengan Panji.
“Eh,
Ji, apakah kamu yakin Indra perlu bantuan kita?” tanya Doni.
“Hmm...
aku juga tidak tahu apakah dia memerlukan bantuan kita atau tidak. Tapi, kamu
harus ingat, kita tidak perlu tahu apakah orang lain membutuhkan kita atau
tidak, yang penting kita selalu ada untuk mereka,” jelasnya.
Sesampainya
di sekolah, Panji segera meminta maaf kepada teman-temannya karena telah
berbohong. Semua itu mendapat balasan positif dari teman-temannya. Setelah itu,
Panji meminta maaf pada guru yang telah ia bohongi.
“Maaf
mengganggu Bu!” kata Panji
“Iya,
tidak apa-apa. Ada keperluan apa ya, Panji?” tanya gurunya
“Begini
Bu, sebenarnya dua hari yang lalu saya datang terlambat bukan karena terjatuh
atau ban sepeda kempes, tapi karena saya membantu seorang anak yang sedang
memulung sampah. Saya hanya ingin membantunya membeli seragam agar bisa
bersekolah layaknya saya dan teman-teman saya yang ada di sini. Tapi, kalau Ibu
ingin menghukum saya karena telah berbohong, saya tidak akan mengeluh atau
bahkan dendam pada Ibu, karena semua itu memang salah saya karena telah
berbohong pada Ibu,” Jawabnya dengan wajah sangat malu dan menyesal.
“Ibu
tidak akan memberimu hukuman,” ucap gurunya.
“Lo..
tapi kenapa Ibu tidak memberi saya hukuman?” Panji terheran-heran.
“Alasan ibu tidak memberimu hukuman adalah karena
kamu telah berani mengakui kesalahanmu dan berkata jujur. Justru Ibu bangga
mempunyai murid sepertimu yang berani bertanggung jawab atas perbuatannya. Ya
sudah, lebih baik sekarang kamu membantu teman-temanmu membersihkan lingkungan
sekolah” Jawab si guru.
“Baiklah,
Bu!” sahut Panji.
Setelah
semua teman-temannya mengetahui tentang apa alasan Panji berbohong, keadaan
berubah. Panji yang dijauhi dan dibenci karena telah berbohong menjadi kembali
disukai banyak orang, sedangkan Andi menjadi anak yang sering dijauhi dan dibenci
teman-temannya.
Sesudah
bergotong royong dan sampah terkumpul, Panji bersama teman-temannya segera
menjual sampah yang telah mereka kumpulkan dan memberikan dananya kepada Indra.
Panji lalu mendatangi Indra.
“Indra!”,
ucap Panji sambil berlari mengejar Indra.
“Eh,
Panji, ada apa?” Indra kebingungan.
“Apakah
kamu masih ingin bersekolah?” tanya Panji.
“Tentu,
aku sangat ingin bersekolah seperti anak-anak yang lainnya.” Indra tampak
sedih.
“Memangnya
ada apa?” tanya Indra.
“Jadi
begini, tadi sekolah kami mengadakan gotong royong membersihkan lingkungan
sekolah, aku dan teman-temanku sepakat untuk mengumpulkan sampah-sampah yang
ada di lingkungan sekolah kami dan menjualnya. Lalu, hasilnya akan kami
kumpulkan dan kami serahkan kepadamu. Semoga saja, uang ini dapat membantumu
untuk bersekolah.” Jelasnya
Panji
lalu memberikan uang hasil gotong royong pada Indra.
“Wah...
Terima kasih Panji.” Ucap Indra dengan sangat senang.
“Ingat,
ketika kau sudah bersekolah nanti tetaplah jadi orang yang suka bekerja keras.”
Kata Panji.
“Tentu,
Panji!” sahut Indra.
“Ngomong-ngomong,
apa sebenarnya cita-citamu? Tanya Panji.
“Sebenarnya
aku ingin jadi pengusahan yang sukses.” Jawab Indra
“Aku
yakin cita-citamu itu pasti akan tercapai, asal kamu bersungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu.” ucap Panji
“Tapi, berjanjilah padaku bahwa suatu saat
nanti kau akan jadi pengusaha yang sukses!” lanjutnya.
“Tentu,
aku janji padamu.” Jawab Indra.
Dua
puluh tahun kemudian, Panji, Doni dan Nita sudah menjadi orang yang sukses. Ada
yang menjadi dokter gigi, dosen dan polisi. Tapi, tidak ada sedikit pun kabar
mengenai Indra. Hingga, pada suatu hari. Panji, Doni dan Nita berkumpul di
halaman rumah Panji dan saling menceritakan pengalaman hidup mereka selama
bertahun-tahun yang lalu. Tiba-tiba, ada sebuah mobil mewah yang berhenti di
depan di depan rumah Panji dan terlihat seorang laki-laki menggunakan jas
berwarna hitam turun dari mobil itu.
“Apa
benar ini rumah Panji?” tanya orang itu.
“Iya,
benar. Kalau boleh saya tahu anda ini siapa?” tanya Panji dengan sopan.
“Saya
hanya seorang pengusaha muda kaya raya yang dulunya adalah seorang pemulung.”
Jawab orang itu.
“Apa?
Jangan-jangan kamu ini Indra, apakah itu benar?” Panji terkejut.
Si
pengusaha itu lalu tersenyum.
“Ya,
benar sekali, aku memang Indra. Aku ke sini ingin membuktikan bahwa aku tidak
pernah ingkar janji pada siapa pun.” Jelasnya.
Akhirnya,
Panji, Nita, Doni dan Indra saling menceritakan pengalaman hidup mereka selama
dua puluh tahun.
Aku nggak baca seluruhnya, sih. Tapi, endingnya menurutku lucu.
BalasHapusPesan dari ceritanya mudah dimengerti, meski masih ada beberapa kalimat yang janggal (menurutku, lho!).
~Piki Miaw :3