Kenapa judulnya “LAST MAD” ? Last artinya
terakhir dan Mad adalah sMaringkatan dari kata Mading, kalo digabung jadi
Mading terakhir, atau secara istilah, Last Mad ini berarti tulisan Mading
terakhir gue (di SMAN 1 Marabahan). Alasan lain kenapa judulnya “LAST MAD”,
soalnya lebih mudah dalam pengucapannya dan ga ribet. Dan kalo lo bingung
kenapa ada gambar Aomine, itu buat kalian yang ga punya foto gue cukup liat
foto Aomine, kan gue 11:12 sama dia. Oke langsung aja guys baca kisah hidup gue
sebagai anak madding di SMAN 1 Marabahan.
Saat memasuki semester 1, kami diminta
untuk memilih ekstrakulikuler yang ingin diikuti. Waktu itu, gue memilih buat
ikutan PD basket, karate, dan mading. Nah, kali ini gue mau nyeritain masalah
kehidupan di dunia permadingan. Awalnya, gue kirain nih ekskul tinggal masuk
dan ngelakuin tugas yang semestinya di lakuin, kaya nulis nempel nulis nempel
aja, tapi ternyata, gue malah mengalami MOS untuk yang kedua kalinya.
Masa orientasi adalah masa yang akan selalu
dikenang akan manis pahitnya menjadi seorang siswa. Masa orientasi siswa atau
yang sering disebut dengan MOS sangat identic dengan yang namanya bully atau
tindak kekerasan. Namun, berbeda dengan masa orientasi yang gue jalani ketika
ingin menjadi anggota tulen madding.
Hari pertama mennjadi calon anggota madding
itu lumayan menegangkan, ngeliat
sekeliling gue banyak cewek yang mukanya masih cabe banget, eits jangan protes,
ini karangan gue jadi udah hak gue. Apalagi ketika kakak tertua madding memasuki
ruangan, si kakak tertua atau kakak ketua langsung masuk dengan tatapan sinis
dan mengucapkan kata-kata yang semakin membuat ketegangan berlangsung menjadi
lebih tegang. Nama si kakak tertua itu adalah HELLda. Ya, dari namanya juga
sudah terlihat begitu menakutkan. Saat kakak-kakaknya menjelaskan tentang
Pembina madding, hal yang terlintas di benakku adalah Pembina madding adalah
sesosok ibu-ibu yang tidak kurus dan bersifat layaknya ibu tiri. Saat aku
mendengar ada yang bilang “eh Pembina madding dateng tuh”,semua calon anggota
madding terlihat sangat tegang,aku pun juga ikut tegang, rasanya kaya mau di
rampok si Buta dari gua hantu. *ENG ING ENG* tebakkan ku benar, Pembina madding
tersebut ternyata tidak kurus, namun sifat beliau yang pada awalnya aku mengira
seperti ibu tiri di sinetron adalah kesalahan besar. Ibarat di matematika itu,
tebakan dan fakta berbanding 180 derajat. Saat melihat kelakuan beliau aku
terkejut layaknya anak alay dan bilang “WOWWW!!! OMEGAT!!!”…. Saat sang Pembina
madding atau tepatnya ibu Ninin masuk itulah keadaan berubah menjadi seperi
taman kanak-kanak dan luar biasa gregetnya.
Hari kedua penerimaan calon anggota madding
kali ini asik, tapi yang ga asiknya itu pas kakaknya bilang “hari ini kami akan
memberikan materi SAJA”, mungkin akan lebih asik kalau kalimatnya di ubah jadi,
“hari ini kami akan memberikan materi, bakso 1 porsi, jus alpukat, dan pentol
sepuasnya”. Pada hari kedua ini, ternyata kami diminta untuk menempelken foto
kami dan foto orang tenar yang mirip dengan foto kami di sebuah kardus dan di
bikin kalung-kalungan gitu, ya kalo lo pernah ngerasin MOS, pasti tau yang
kayak gituan.
Pada hari ketiga, kami diminta untuk
melalui beberapa pos yang setiap posnya ada rintangan masing-masing, bukan
rintangan yang ekstrim kaya ngebersihin pantat kuda, tapi rintangan seperti membuat puisi dengan
tema acak, atau membuat hal kecil seperti sebilah lidi menjadi sesuatu yang
bermanfaat. Setelah memalui beberapa rintangan,
kami diminta untuk pergi ke sebuah taman deket sekolah. Nah, di situ
kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan sebuah permainan yang
kecil dan bermakna. Gue ngeliat peserta calon anggota Mading tampak serius, gue
sih santai aja. Gue santai bukan karena gue udah lihai di permainan itu, tapi
gue ga ngerti maksud dan tujuan dari permainan itu. Kami cuman diminta ngisi
sama ngebuang air di beberapa buah gelas. Untungnya, temen-temen gue kayaknya
ngerti semua, disitulah gue semakin menyadari bahwa teman pintar itu penting.
Namun, bukan berarti teman yang bodoh ga penting, teman yang bodoh bisa membuat
kita lebih dekat kepada Tuhan karena kita akan bersyukur telah diberikan
sesuatu yang lebih dari teman kita tersebut. Kembali ke permainan yang diadakan
oleh Pembina dan kakak-kakak mading, permainan berlangsung lancar tanpa
sedikitpun pemahaman di otak gue. Setelah permainan berlangsung, kami diminta
untuk menutup mata sambil megangin gelas berisi air tepat di atas kepala temen
yang ada di samping. Katanya, dalam permainan itu, kita diajarin buat percaya
sama temen disamping dan cumin dibagian terakhir itu gue
ngerti maksud dari semuanya.
Setelah MOS itu gue memasuki zona yang
disebut “maddingers” ya itulah perkumpulan para manusia yang telah menjadi
makhluk madding. What is makhluk madding? Makhluk madding is mereka yang haus
akan informasi, haus akan pengetahuan dan khusus buat anggota madding yang
jones mungkin mereka juga haus akan cinta x.
Ketika gue sudah resmi menjadi anggota MOS,
gue sempet kesusahan dalam membagi waktu. Soalnya, gue ngikutin 2 PD yang
waktunya benturan, alhasil gue sering milih bolos di salah satu PD. Kebiasaan
buruk gue adalah sering ijin basket di hari Kamis biar bisa hadir di PD madding,
dan pas udah hadir di tempat madding, gue sering kali ga bisa nahan hasrat buat
main-main sama bola basket. Begitulah anak muda zaman sekarang, suka labil,
berarti gue labil? Yo’I, kan gue anak zaman sekarang.
Di ekstrakulikuler madding ini, ibarat
jurusan, gue milih jurusan Puisi sama Pojok. Sedikit gue jelasin masalah pojok,
pojok itu tulisan yang tujuannya mojokin, tapi si pemojok wajib memberikan
saran, jadi ibarat hidup, lo jangan bisanya nyalahin orang, tapi beri saran
biar kesalahan itu ga terulang lagi. Pojok ini sangat berguna buat lo yang
benci banget sama yang namanya mantan, baik itu mantan pacar, mantan gebetan,
atau mantan calon orang yang mau lo kenal. Misal nih buat mantan pacar,
“Dari
mulut lo keluar kata-kata setia bagai mutiara, tapi nyatanya sifat lo kayak
ketek rusa ga pake diadoran. Mending lo tobat, emang lo ga takut disantet para
mantan?”
Setelah beberapa minggu gabung sama
maddingers, gue mulai ngerasa resah, gue ngerasa ga ada bakat sama sekali, mau
bikin puisi tapi ga puitis kaya anggota yang lain, mau ngegambar tapi gue cumin
bisa ngegambar tikus masuk lobang, mau bikin artikel tapi kelihatannya malah ga
berbobot, bahkan gue juga ga bisa ngarang cerpen. Kenapa gue ga bisa ngarang
cerpen? Ya jelas karena gue anak yang ga suka mengarang atau mengada-ngada,
kalo gue jago ngarang cerpen ntar cewek gue bilang “ngarang cerpen yang banyak
aja kamu jago, apalagi ngarang penjelasan dalam perselingkuhan” ga enak kan
jadinya? Tapi, karena keresahan gue itu, gue lebih termotivasi buat lebih giat
lagi mempelajari seusatu yang berkaitan dengan menulis. Sesuatu yang buruk
mungkin akan terlihat menarik ketika kita memandangnya dari sisi yang lain,
misalnya tulisan gue ga bagus, mungkin gue langsung terpikir tentang gue yang
ga punya bakat yang berkaitan dengan menulis, tapi jika di lihat dari sisi
lain, gue bisa belajar lebih giat lagi biar ga kalah sama mereka yang punya
bakat, ketika mereka hidup dengan bakat, gue akan belajar dari tekad. Pelatih
basket gue pernah bilang “orang yang punya bakat akan kalah dengan orang yang
bekerja keras”.
Gue lupa kapan, tapi gue pernah sekali di
ajak buat ngebantu kakak-kakak kelasnya ngikutin lomba madding di UNLAM
BANJARMASIN, gue sangat antusias meskipun gue ga ikut secara langsung dalam
perlombaan. Sambil menunggu lomba selesai, gue memutuskan untuk melakukan
sebuah ritual yang disebut “Jajan”, dari kegiatan lomba waktu itu, gue tahu
betapa nikmatnya ciptaan Tuhan yang disebut dengan “Es Dawet” dan juga
“Pentol”, gue ngabisin setengah waktu gue waktu lomba berlangsung untuk
menikmati karunia Tuuhan, Subhanallah. Menakjubkan bukan? Marilah kita
bersama-sama mengucapkan “Terimakasih ya Tuhanku telah engkau ciptakan Es Dawet
dan Pentol di dunia ini”
Hari demi hari terus berlangsung, angin
terus berhembus, daun terus berguguran, dan air hujan menghiasi bumi tercinta
ini. Tibalah saatnya pemilihan ketua Madding yang baru karena yang dulu udah
memasuki masa tenggang. Ada 2 calon dalam pemilihan kali ini, sebut saja Saif
(laki-laki) dan Irun (Perempuan). Gue
sangat bingung dalam mnentukan pilihan waktu itu, soalnya bahaya guys kalo
salah milih pemimpin, misalnya aja kita salah memilih pemimpin bangsa
Indoneisa, gimana nasib rakyatnya? Sungguh menyedihkan bangsa kita ketika
rakyatnya salh dalam menentukan suara, begitu juga dalam duina permaddingan,
pemilihan pemimpin ini sungguh sangatlah berat. Setelah beberapa perbandingan
yang sangat serius, gue memberikan hak suara gue ke Saif, soalnya Saif itu
jualan pulsa, mungkin aja ntar ada event pembagian pulsa bagi anggota yang
rajin. Tapi, meskipun gue memilih Saif, takdir berkata different, ternyata Irun
lah yang terpilih menjadi ketua Madding, menurut gue dia terpilih karena lebih
cantik dari Saif guys. Ketika kakak kelas yang bernama Irun tadi terpilih
menjadi Ketua Madding, gue sama sekali ga naruh kepercayaan sama dia,
bagaimanapun baiknya si Irun, gue ga bakal naruh kepercayaan ke dia, soalnya
kepercayaan gue sudah sepenuhnya berada di rukun Iman. Kepemimpinan Irun
Alhamdulillah berjalan lancer, meskipun tidak ada event pembagian pulsa seperti
yang diharapkan sebelumnya.
Beberapa minggu setelah perlombaan yang
diikuti para kakak kelas, kembali terdengar kabar akan ada lomba dan gue
diminta buat ngepresentasiin hasilnya. Jujur aja gue gugup banget, temen gue
sebuat saja Rozan nanya ke gue,
“Bar,
kamu ga gugup atau semacamnya gitu?” Tanya si Rozan
“Ya
jelas engga lah, ngapain juga gugup, gue pasti bisa” jawab gue pake muka penuh
keyakinan.
Gue terpaksa bohong, karena sebagai cowok,
gue harus “STAY COOL”, dan kalo gue jujur, hasilnya kayak gini.
Contoh
hasil jujur versi A:
Rozan :
“Bar, lo ga gugup atau semacamnya gitu?”
Gue :
“Ya jelas gue gugup banget.”
Rozan :
“Halah badan aja gede mental kaya cumi!”
Gue :
*pulang – nangis –gigitin bantal*
Contoh hasil jujur Versi B:
Rozan :
“Bar, lo ga gugup atau semacamnya gitu?”
Gue :
“Gue sih rasanya ragu, kan baru pertama kali.”
Rozan :
“kalo ragu lebih mah baik mundur aja, Bar.”
Gue : “Lo, kamu kok malah ngomong
gitu bukannya nyemangatin atau ngasih motivasi?”
Rozan : “Emang kenapa? Suka-suka gue kan?
Emang lo pikir gue siapannya lo? Pacar lo? Nyokap lo? Atau jangan-jangan lo mikir
gue ini Mario Teguh?”
Gue : Eee... *ga tau mau ngomong apa
Tapi, ternyata sekolah gue ga jadi ngikutin
lomba, kecewa? Sakit hati? pasti, cuman ga terlalu sakit, soalnya gue udah
biasa di kecewain sama di sakitin. Jadi, perlombaan itu ibarat cewek, kadang
bisa buat lo bahagia, bisa bikin jantung deg degan, bisa bikin senyum-senyum,
tapi bisa juga bikin kecewa, sakit hati, nangis, dan semoga aja ga nyampe bunuh
diri.
Jujur, gue sangat menyukai ekstrakulikuler
Madding di sekolah gue. Gue pengen ngebuktiin bahwa gue juga bisa dibanggain
sekolah dan naruh piala di lemari sekolah gue. Namun gue harus pindah sekolah,
soalnya pada bulan April, kakek gue meninggal. Meskipun gue anak basket, sering
ke gym, sering stay cool, sering jaim kalo ada cewek cantik, tapi pas tau kakek
gue meninggal dan gue sendiri ngeliat secara live pas kakek gue meninggal, gue
nangisnya paling lama, bahkan waktu kakek gue sakit, gue udah sering nangis. Gue
nangis karena kakek adalah orang yang paling gue hormati, kakek adalah orang yang
sangat gue sayang, sekalipun Tuhan memberi gue Aura Kasih, gue tetep pilih
kakek. Bahkan dari gue kecil, tiap bagi raport kakek selalu ngucapin selamat ke
gue dan kakek ga pernah biarin gue nangis karena apapu itu, biasanya sih karena pengen kaset PS baru
tiap hari. Gue izin beberapa hari di sekolah dan berangkat ke kota Barabai buat
pemakaman kakek gue, pas sampai di Barabai, gue juga langsung nangis, gue
sangat tertekan waktu itu. Karena gue seorang pelajar, gue juga ga bisa izin
lama-lama, gue harus pulang ke kota Marabahan sendirian. Pas sampai di Marabahan, gue ga nangis lagi, soalnya gue ga
punya waktu buat nangis, ya jelas lah, sampai rumah jam 7 pagi, belum siap-siap
sekolah. Tapi lagi-lagi galau memasuki hati gue, gue jadi sering melamun di kelas,
bahkan setelah beberapa minggu dan beberapa bulan, gue masih sering meneteskan
air mata kalo ingetan, apa menurut lo itu lebay? Kalo lo udah di posisi gue
pasti tau sakitnya. Karena kakek gue meinggal itulah gue mutusin buat pindah ke
Barabai buat ngejagain nenek gue di sana dan ga sempet ngasih apa-apa ke
ekstrakulikuler Madding sama sekolah gue SMAN 1 Marabahan. Sori curhat guys, di
Madding seekolah gue ga ada jurusan “curhat” jadi gue curhat di sedikit dulu di
postingan ini.
Kesedihan gue jadinya bertambah ketika
harus ninggalin nih ekstrakulikuler, setahun bersama penghuni Maddingers SMARA
rasanya belum cukup, tapi, sekalipun gue bersama mereka selama 10, itu juga
rasanya belum cukup. Soalnya, kalo kita sudah terbiasa dengan suatu hal, ketika
kita harus meninggalkannya, tak peduli berapa lama kita telah bersama hal
tersebut, semua akan terasa sangat singkat. Di madding SMARA, anggota laki-laki
kelas X cuman gue, jadi ketika adik kelas nanya “kak, tahun kemaren ga ada
cowok yang ikutan ekstrakulikuler ini ya?” gue berharap kalian para penghuni
Maddingers SMARA dapat membuat kisah yang baik tentang gue, misalnya “dahulu, ada
anggota madding seorag laki-laki, dia sangat mempesona, bahkan Arjuna sekalipun
takluk ketika bersaing dengannya, namun dia harus pergi ke suatu tempat yang
jauh…..” dan setersusnya, gue yakin anggota Madding SMARA bisa menceritakan hal
demikian. Bahkan, gue berharap para penghuni Maddinger SMARA bisa menceritakan
hal tersebut sebelum para calon anggota bertanya nantinya.
Gue nulis postingan ini sebagai surat buat
para Maddingers SMARA sekaligus tugas terakhir gue sebagai salah satu
penghuninya. Terimakasih atas bimbingan dan kerjasama kalian wahai penghuni
Madingers SMARA dan guru Pembina, sebut saja Ma Nox.